Menulis Feature yang Mengasyikkan
Oleh: Djunaedi Tjunti Agus
Feature merupakan karya tulisan jurnalistik perpaduan antara berita dan opini, dengan gaya penulisan/penyajian bercerita (story telling), mengandung unsur menyentuh (human interest) dan bahasa yang indah (sastrawi). Karena itu feature kerap disebut sebagai karangan khas, feature article, feature story, atau tulisan ringan.
Sebetulnya feature bukan tulisan yang menyuguhkan hal yang “ringan-ringan” saja, tetapi juga kerap berisikan cerita-cerita fakta yang “berat-berat”, misal tentang bencana, kecelakaan dan lainnya. Namun selama ini di kalangan wartawan berita jenis ini kerap disebut sebagai tulisan ringan.
Dalam penulisan feature harus tetap mengikuti kaidah jurnalistik (5 W + 1 H, dan aktual), memuat sisi kemanusian, mengunakan bahasa sesuai ragam media, mengutamakan sisi menarik, ringan, dan berkualitas, mengompilasi bahan tulisan, foto, gambar, suara (sesuai karakter media), memeriksa akurasi informasi (fakta dan data), memeriksa kesalahan ketik, kesalahan ejaan, bekerja sesuai tenggat yang ditetapkan.
Ada yang berpendapat, teknis menulis feature sama dengan menulis cerita pendek (cerpen). Itu beralasan, karena sama-sama mengisahkan, bertutur (story telling), atau menceritakan sebuah peristiwa dengan detail, dibumbui “drama”, atau dibuat “dramatis”, dan mengandung opini atau interpretasi subjektif penulisnya.
Hanya saja feature harus berdasarkan fakta, sedang cerpen lebih cenderung pada imajiner, meski tidak tertutup kemungkinan cerpen diangkat dari fakta, atau gabungan keduanya.
Definisi atau pengertian dari feature adalah salah satu jenis tulisan jurnalistik, selain berita (news) dan artikel opini (views). Pada Google kita dapat menemukan beragam pendapat tentang feature.
Feature kerap menjadi andalan media minguan, bulanan, atau yang terbit berkala. Alasannya laporan jenis ini selalu menarik, tidak cepat basi. Meski begitu laporan jenis ini juga menjadi andalan bagi media cetak, media online, juga televisi.
Yang paling penting diperhatikan, feature lebih mengutamakan pada kejadian atau peristiwa, situasi. Penyajian dari proses dari semua itu juga harus jelas dan masuk akal. Feature yang baik tidak menimbulkan ketidak yakinan dari pembaca, dinilai terlalu mengada-ada.
Feature salah satu karya jurnalistik yang gaya penulisannya cenderung menghibur dan menekankan pada unsur emosi, supaya menyentuh pembaca. Wartawan atau penulis dituntut kreatif.
Tak jarang feature subjektif, untuk membuat senang pembaca tentang laporan yang disajikan, baik itu menyangkut aspek kehidupan, keadaan, atau kejadian.
Dalam menulis feature, wartawan atau penulis lebih bebas dibanding menulis berita. Sejumlah aturan bisa diabaikan, semisal keharusan menulis berita dengan teknik piramida terbalik tidak harus diterapkan pada feature.
Namun tidak semua wartawan/penulis mampu menulis feature dengan baik. Namun jika telah terbiasa, meulis feature itu sangat megasyikkan.
Dalam menulis feature ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni menghibur dalam gaya penulisan, isinya informatif, penulis memiliki kemampuan menyuguhkan gagasan-gagasan baru, menarik.
Judul featur harus mampu memikat, sehingga pembaca langsung tertarik untuk membacanya. Tidak ada keharusan membuat judul dengan kalimat lengkap SPO, bahkan boleh subjektivitas (pendapat pribadi) untuk menarik keiingintahuan pembaca.
Secara umum ada 8 jenis feature berdasarkan isi, seperti;
a. Feature human interest. Kejadian menarik perhatian, menyentuh khalayak dan seakan-akan merasakan atau menyaksikan langsung apa yang digambarkan.
b. Feature perjalanan. Laporan perjalanan yang tentunya yang menarik.
c. Feature sidebar. Cerita lain atau human interest untuk melengkapi berita utama atau sisi lain dari suatu peristiwa besar, seperti kisah runtuhnya Hotel Ambacang, bangunan tinggi, dll, akibat gempa di Padang, Sumbar.
d. Feature wawancara. Tulisan berdasarkan hasil wawancara mendalam, agar tulisan benar-benar lengkap.
e. Feature profil. Menceritakan tentang seorang tokoh secara menarik. Bisa juga profil suatu daerah atau perusahaan (company profile).
f. Feature pengalaman pribadi. Cerita tentang pribadi, data dan peristiwa.
g. Feature sejarah. Tentang peristiwa lampau, namun masih menarik diceritakan masa sekarang, seperti peristiwa kekejaman PKI, musibah besar, dan lainnya.
h. Feature bright, kerap juga disebut sebagai brite. Tulisan tidak terlalu panjang menyangkut kemanusian atau human interest featurette dan ditulis dalam gaya anekdot, klimaks di akhir cerita.
Jenis-Jenis Lead (Teras)
Pada tulisan feature, lead atau teras tulisan merupakan bagian terpenting. Macam-macam lead digunakan yang fungsinya untuk menarik minat pembaca, menimbulkan keingintahuan.
Ada yang langsung menyentak, yang dapat memicu rasa ingin tahu, ada pula yang mengaduk-aduk imajinasi, dan lead yang secara ringkas mengangkat tentang pokok berita untuk menarik pembacanya. Belum ada kesamaan berapa jumlah yang baku tentang jenis lead feature ini.
Terdapat belasan model lead, bahkan lebih. Namun diantara perbedaan itu semuanya seperti sepakat bawa unsur yang harus ada dalam suatu berita atau laporan feature, yaki 5W+1H (What, Who, When, Why, Where, dan How atau Apa, Siapa, Kapan, Mengapa, Di mana, dan Bagaimana) merupakan keharusan masuk dalam urutan model lead.
Dengan 5W+1H saja berarti telah ada 6 jenis lead.
Lead What/Apa
Dalam lead what/apa harus ditentukan dulu nilai apa yang lebih kuat di antara unsur berita yang aka dijadikan feature. Biasanya jenis ini lebih diutamakan untuk berita-berita up to date atau terkini.
Contoh:
Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur meletus lagi. Letusan ini menghamburkan abu vulkanik, lava pijar yang cair dan awan panas guguran.
Lead Who/Siapa
Lead who sangat tepat pada artikel yang mengedepankan unsur “siapa” dibandingkan unsur lainnya.
Contoh:
Anies Baswedan. Nama Gubernur DKI Jakarta ini selalu muncul sebagai kandidat kuat calon presiden pada Pilpres 2024. Elektabilitas Anis bahkan mengungguli beberapa ketua umum partai politik.
Lead When/Kapan
Umumnya lead when jarang digunakan, karena dinilai kurang menghentak.
Contoh:
Hari ini, Selasa (4/2/2022), ketika masyarakat memulai aktivitas, Jakarta dilanda banjir. Jakarta menjadi sulit ditembus dari segala penjuru Bodetabek….
Lead Why/Mengapa
Sangat cocok digunakan ketika artikel mendominasi unsur “mengapa” dibanding unsur lainnya. Artikel feature yang menggunakan lead why dapat berisi yang mengarah kepada sebab-akibat.
Contoh:
Akibat Gunung Semeru meletus 2.970 rumah warga terdampak erupsi. Rumah-rumah di seputar gunung di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur itu sebagian tertimbun material awan panas guguran gunung dan sebagian lagi penuh debu.
Lead Where/Dimana
Saat hendak menulis artikel feature yang lebih mendominasi unsur tempat/lokasi, maka lead where sangat tepat digunakan.
Contoh:
Di Kota Bekasi, Jawa Barat, masyarakat secara umum terlihat tenang-tenang saja. Tak ada reaksi dengan tertangkapnya Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dalam operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK , di Kota Bekasi, Rabu (5/1/2022).
Lead How/Bagaimana
Jika artikel feature lebih mendominasi unsur “bagaimana”, lead how merupakan pilihan. Pada umumnya, artikel feature lead how umumnya berisi berita tentang proses mengapa kejadian tersebut terjadi atau bisa juga langkah pemecahan masalah pada suatu peristiwa. Lead how jarang digunakan dalam artikel feature.
Contoh:
Untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) PT Kereta Api Indonesia (KAI) menerapkan pengaturan jarak melalui pemasangan garis pembatas di berbagai area pelayanan stasiun. Itu merupakan langkah social distancing (jarak sosial) mendukung imbauan pemerintah.
Lead-lead lain yang juga kerap digunakan adalah;
Lead Kontras
Lead ini bermakna berbeda atau berlawanan, atau perbedaan yang sangat mencolok. Sehingga lead kontras dapat diartikan sebagai keadaan yang mencolok, atau pemanfaatan yang justru diwarnai hal-hal yang berlawanan, dapat pula berupa perbandingan realitas sekarang atau dengan keadaan sebelumnya.
Contoh:
Masjidilharam Makkah adalah tempat tersuci bagi umat Islam, yang merupakan tujuan utama dalam beribadah haji dan umrah. Namun di tengah pelaksaan ibadah suci itu masih ada orang yang justru mencari kesempatan, menjual jasa membantu orang-orang untuk mencium Hajar Aswad dengan bayaran tertentu. Perbuatan mereka itu justru menyusahkan banyak orang.
Lead Ringkasan
Lead ini merupakan ringkasan/pokok dari feature atau lead yang menyimpulkan isi feature.
Contoh:
Ratusan orang turun ke kali, di Kali Malang di Wilayah Jakarta dan Kota Bekasi. Mereka berebut menangkap ikan yang tiba-tiba saja memenuhi kali, mereka tidak tahu entah dari mana datangnya ikan-ikan tersebut.
Lead Sapaan
Lead Sapaan digunakan untuk mengakrabkan dengan pembaca. Agar pembaca merasa terlibat langgsung dengan artikel.
Contoh:
“Hai apa kabar anda saat ini? Pernahkah anda berharap mendapat istri janda kaya raya? Hanya ongkang-ongkang kaki semua dicukupi. Rumah, mobil, sepeda motor, semua kebutuhan dipenuhi. Kesempatan itu terbuka. Jika anda berminat, janda berusia 110 tahun itu kini sedang mencari calon suami.”
Lead Epigram
Lead epigram memanfaatkan sejenis sajak ataupun ungkapan singkat yang merupakan pemikiran masyarakat di masa lalu atau dapat pula sebagai suatu sindiran.
Contoh:
“Kalau milik tidak kemana.” Itulah yang dialami Badrun, mendaftar di saat-saat terakhir, bahkan hampir saja ditolak, justru dia yang jadi pemenang.”
Lead Deskriptif
Lead Deskriptif gambaran ringkas terhadap suatu kejadian. Apa adanya, yang mampu memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau tokoh yang tertuang dalam isi artikel. Lead deskriptif dapat berupa suasana/kejadian, bisa pula terkait seorang tokoh.
Contoh:
Hanya dalam hitungan detik, Menara Kembar World Trade Ceneter (WTC), di New York, luluh lantak. Ribuan orang tewas. Dua pesawat penumpang Boeing-767 yang dibajak, yang ditabrakan ke WTC tak berbekas sama sekali.”
Lead Parodi
Lead parodi bisa berupa pemisalan dengan menyisipkan peribahasa kalimat yang sudah populer di masyarakat.
Contoh:
Tak mampu mengukur bayangan, sudah tidak berpendidikan dan menganggur, eh anak orang kaya pula yang diimpikan. Akhirnya bunuh diri.
Lead Kutipan
Lead kutipan lebih mudah dikenali. Artikel feature yang menggunakan lead kutipan memiliki kalimat kutipan di paragraf pertamanya. Lazimya lead kutipan singkat, padat, dan berisi.
Contoh:
“Saya bersumpah tak akan memilih dia. Bejat!” Begitu kata X, ketua partai X tentang calon yang dimajukan partainya utuk calon pemimpin.
Lead Pertanyaan
Lead pertanyaan ditandai oleh kalimat tanya pada paragraf pertama.
Contoh:
Kenapa wanita itu tidak minta cerai? Padahal suami telah menyengsarakan dan menyia-nyiakannya. Tidak ada yang bisa diharap, semua kebutuhan rumah tangga dibantu orangtua si wanita.
Lead Naratif
Lead naratif mampu menghadirkan suasana yang membuat pembaca merasa penasaran.
Contoh:
Pedagang di pasar kocar kacir. Barang dagangan mereka porak poranda. Bahkan beberapa pengunjung terpaksa dirawat, dilarikan ke rumah sakit. Itu akibat kelalaian pemilik kerbau.
Lead Menjerit
Sesuai dengan namanya, lead menjerit lebih mendominasi unsur ekspresi seperti saat meraih atau saat terjadi kemenangan, kemarahan, kesedihan, terjadinya musibah dan lainnya.
Contoh:
“Terima kasih Tuhan, terimakasih.” Dia lalu mencium lintasan, menagis terisak, kemudian berlari mengelilingi lapangan. Itu diperlihatkan Miss X begitu dia melintasi finish dan juara di nomor bergengsi lari 100m putri.
Diantara sekian banyak model lead yang kerap digunakan, atau populer di kalangan wartawan/penulis adalah Lead Ringkasan, karena model lead ini lebih mudah, mengangkat inti cerita.
Lead lain yang kerap digunakan adalah lead Deskriptif, yakni mengambarkan gambaran suatu kejadian atau seorang tokoh. Lead Kutipan juga menjadi favorit. Lead Pertanyaan juga kerap menjadi pilihan. Lead ini melibatkan pembaca, sehingga pembaca merasa terkait dengan cerita.
Untuk macam-macam lead feature ini belum ada standar atau jumlah yang baku. Pengajar/dosen, juga pengamat, bahkan kalangan wartawan pun masih memiliki pendapat berbeda. Semua tergantung pendapat masing-masing, meski penentuan lead berdasarkan fakta atas pemberitaan yang berkembang di macam-macam media.
Tubuh atau Isi Feature
Tubuh atau isi feature tidak harus piramida terbalik, tidak harus menempatkan hal paling penting di bagian atas kemudian yang kurang penting di bawah dan seterusnya.
Dalam menulis feature isinya harus saling mendukung dan paling penting isi dari tubuh tulisan tidak menyimpang, lari dari fokus utama. Cerita atau bahan penunjang tidak boleh lari dari fokus feature.
Contoh, saat kita menulis feature tentang Gunung Semeru meletus, lalu ingin menambahkan dengan informasi pasar yang sepi dekat tempat pengungsian. Penulis tidak boleh terlalu larut dengan cerita pasar atau berpanjang lebar, meski akirnya kembali pada cerita meletusnya Gunung Semeru. Jagan ada kesan cerita jadi berbelok terlalu jauh. Fokus tulisan tidak boleh menyimpang karena akan membuat pembaca merasa terganggu.
Tergantung Selera
Tidak seperti menulis berita yang lebih ditekankan pada pola piramida terbalik, dalam menulis feature biasanya ada semacam penutup. Dalam menulis penutup para wartawan atau penulis juga tidak memiliki panduan baku. Tergantung selera.
Ada yang menutup laporannya dengan datar, membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri, ada yang merangkum kembali cerita yang disajikan, atau ada pula yang mengakhiri dengan kejutan yang sudah disiapkan dari awal. Misal bercerita tentang perusahaan yang sukses, memiliki jaringan luas, karyawan yang hidup mewah dan seterusnya. Lalu pada penutup ditulis; “Sayang virus Covid-19 membuat semua hancur, perusahaan itu sudah bangkrut.”
Tak jarang pula wartawan atau penulis membuat penutup menggantung, tanpa ketegasan. Ini biasanya akan ada lanjutan cerita yang ditunggu-tunggu pembaca.
Latihan
Dalam membiasakan dan melatih diri menulis feature sebaiknya membiasakan diri melakukan praktek menulis feature. Dalam menulis feature—seperti juga dalam menulis berita dan tulisan opini–umumnya dibutuhkan bahan tulisan yang lengkap. Makin banyak, atau bila ketersedian bahan terpenuhi, maka feature akan semakin hidup, semakin menarik, dan pasti memukau dan memuaskan pembaca.
Perlu diingat, dalam menulis feature jangan terlalu mudah menggunakan kata-kata baru atau kata asing/daerah yang belum populer tanpa penjelasan, karena akan mengganggu pembaca. Bertanya-tanya apa arti kata tersebut. Untuk latihan, kita sebaiknya memulai dengan menulis feature profil. Yakni menceritakan tentang seorang tokoh secara menarik.
Namun karena kesempatan mewancarai tokoh atau meliput suatu peristiwa/keadaan terbatas, maka bahan feature profil ini bisa diambil dari feature pengalaman pribadi. Bisa juga dari bahan feature profil atau hasil wawancara dengan orang-orang terdekat kita.
Bahan untuk feature pribadi ini melimpah, karena kitalah yang paling tahu tentang diri kita. Karena itu tulislah feature profil, namun bahannya dari feature pribadi. Ceritakanlah tentang diri anda selengkap mungkin dan semenarik mungkin, seolah-olah anda orang lain yang berhasil anda diwawancarai. Dijamin akan mengasyikkan.
***(Djunaedi Tjunti Agus adalah seorang wartawan)
Tinggalkan Balasan