SUARABAHANA.COM — Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu daerah. Salah satu proyek yang mencuat dalam perbincangan adalah pembangunan Embung Kolong Yamin di Desa Rias, Kecamatan Toboali, yang menghabiskan anggaran senilai Rp11,3 miliar dari APBN pada tahun 2022.

Namun, apa yang seharusnya menjadi solusi bagi petani di musim kemarau justru menjadi sumber kekecewaan. Seorang petani Desa Rias, Tono, mengungkapkan rasa kekecewaannya terkait embung yang telah dibangun dengan anggaran yang begitu besar tersebut.

IMG 20230915 WA0018
Sumber foto: istimewa.

Ia merasa bahwa pembangunan ini hanya menghabiskan uang negara tanpa memberikan manfaat yang diharapkan. “Kami sangat berharap pembangunan Embung Kolong Yamin ini akan menjadi penyuplai kebutuhan air bagi petani Desa Rias pada musim kemarau. Namun kenyataannya sangat lucu, embungnya malah kering duluan,” ujar Tono dengan nada tertawa pahit, Minggu (10/9/2023) sore.

Kekecewaan Tono juga tercermin dari pandangan bahwa tujuan pembangunan proyek ini tidak sesuai dengan harapan para petani. Terkesan sebagai proyek yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang.

IMG 20230915 WA0021
Sumber foto: istimewa.

“Seharusnya mereka yang terlibat dalam proyek ini memiliki perencanaan yang matang dan tidak sembarangan. Meskipun kami hanya petani miskin, rakyat kecil yang tidak memiliki pendidikan tinggi, anggaran pembangunan ini berasal dari hasil pajak yang kami bayarkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat,” tegasnya.

Tono juga menunjukkan bahwa sebelum proyek ini dibangun, Kolong Yamin selama puluhan tahun tidak pernah mengalami kekeringan, bahkan saat musim kemarau panjang. Namun, setelah pembangunan proyek pada tahun 2022, keadaannya menjadi aneh karena airnya kering duluan.

Dalam pandangan Tono, harapannya adalah agar embung yang menghabiskan anggaran belasan miliar tersebut benar-benar bermanfaat bagi para petani di musim kemarau. “Harapan kami adalah agar embung ini berfungsi dan bermanfaat bagi para petani. Jika hanya menjadi hiasan saja pada musim kemarau, itu sama saja bohong. Lebih baik tidak dibangun,” ungkapnya dengan kesal.

Tak hanya itu, Tono memberi pertanyaan mendasar yang muncul adalah tujuan sebenarnya dari pembangunan Embung Kolong Yamin ini. Apakah proyek ini dirancang sebagai cadangan air yang dapat membantu petani dalam menghadapi musim kemarau, ataukah ada tujuan lain yang belum diketahui?